Sebenarnya aku tidak
pernah percaya sahabat sejati itu ada, sama sekali tidak percaya!! Bagiku semua
itu bulshit belaka. Sahabat yang selalu ada untukku, berbagi suka dan duka
bersama, dan menjunjung tinggi semangat persaudaraan, bagiku tidak pernah ada
di dunia ini. Satu pun tidak akan pernah ada. Semua akan hilang dan
meninggalkanku!!!
Tapi, suatu ketika ada
sebuah rahasia besar yang mengubah pedomanku mengenai sahabat sejati. Ada yang terlupakan dari
semua ini. Terselip begitu saja dalam diriku. Aku mengacuhkan hal berharga itu.
Aku memang masih memahami konsep sahabat sejati hanya omong kosong belaka,
kecuali, dengan satu kemungkinan, jika kau membuka hatimu untuk menerima
sesuatu yang riskan itu, sahabat sejati itu mungkin bukanlah sebuah omong
kosong belaka.
Keberadaan seorang sahabat sejati begitu penting dalam hidup ini. Begitu
dalam makna dan arti dari sebuah persahabatan. Dan teramat sangat tidak mudah
untuk menemukan seseorang yang layak dan pantas untuk dijadikan seorang sahabat
dari sekian banyak teman yang kita punya.
Bagi saya pribadi,
sahabat itu bagai embun pagi tatkala matahari akan menyinari bumi ini.
Merasakan ketika kebahagiaan datang menghampirinya, saya juga akan loncat
kegirangan. Ketika dia bersedih dan luka, saya mampu mengeluarkan air mata dan
merasakan bahwa betapa saya tidak ingin ia tersakiti. Merasakan ‘kehangatan’
dan kenyamanan ketika bersama saling berbagi cerita. Merasakan bahwa di setiap
langkah ia ada dalam ingatan dan selalu ingin menyenangkan hatinya di mana pun
ia berada.
Sahabat sejati adalah sahabat yang tidak punya hati nurani untuk menusuk
dari belakang atau menjadi duri dalam daging dan tidak memiliki rasa iri dan
dengki. Saling memberi dan saling menerima tanpa ada embel-embel azas
pemanfaatan.
Ketika seseorang yang
sudah kita anggap sebagai sahabat, namun pada satu ketika ternyata dia
diam-diam menginginkan dan melakukan sesuatu yang pada dasarnya tidak pernah
terpikirkan oleh kita, apa yang harus diperbuat dan apa yang bisa kita
rasakan? Kekecewaan yang sangat dalam dan terlukalah sudah hati dan rasa… Ini
sebuah pertanda bahwa ia sangat tidak pantas untuk dijadikan sahabat. Mungkin
saja kedekatan yang selama ini tercipta memiliki dua arti yang berbeda.
Keberadaanya yang kita
anggap sebagai sahabat, namun alangkah malangnya ternyata ia tidak memiliki
pengertian dan pemahaman makna keberadaan seorang sahabat. Ia hanya teman dekat
atau justeru hanya teman biasa saja…
Sungguh tidak mudah
menemukan seorang sahabat!
Teman sanggup merampas
orang yang kau cintai
Tapi sahabat akan
menjadi mata-mata menjaga orang yang kau cintai
Teman akan memberi mu
senyuman
Tapi sahabat memberi mu
kebahagiaan
Teman akan memberi mu
setangkai mawar
Tapi sahabat memberi mu
setangkai melati
Teman akan menikam mu
dari belakang
Tapi sahabat akan
menampar mu dari depan
Teman akan menceritakan
mu yang tidak benar tentang diri mu
Tapi sahabat akan tutup
mulut dengan kesalahan mu
Teman hanya menerima
kelebihan mu
Tapi sahabat akan
menerima kekurangan mu
1000 teman datang saat
kamu tertawa
Tapi seorang sahabat
akan datang saat kamu berderai air mata
Hiasilah kehidupan ini
dengan senyuman karena ia melambangkan kehidupan yang harmoni
Nafsu mengatakan wanita
cantik atas dasar rupanya
Akal mengatakan wanita
cantik atas dasar ilmu dan kepandaiannya
Dan hati mengatakan
wanita cantik atas dasar akhlaknya
Sahabat yang beriman
ibarat mentari yang menyinari
Sahabat yang setia bagai
pewangi yang mengharumkan
Sahabat sejati menjadi
pendorong impian
Sahabat berhati mulia
membawa kita ke jalan Allah SWT
Sediakanlah waktu
tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa
Sediakanlah waktu untuk
berfikir karena berfikir itu pokok kemajuan
Sediakanlah waktu untuk
beramal karena beramal itu pangkal kejayaan
Sediakanlah waktu untuk
bersenda karena bersenda itu akan membuat muda selalu
dan sediakanlah waktu
beribadat kerana beribadat itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa…
1. Kelemahan diriku adalah kelebihan sahabatku, kelebihan dariku
adalah bagian dari kehebatan sahabatku.
2. Sahabat yang baik adalah orang
yang sangat kita percayai dan membuat kita tenang bersamanya. Dia menjadi
tempat berbagi kelelahan, berbagi kesedihan dan tidak pernah menjual rahasia
diri kita.
3. Begitu sulitnya mencari teman yang tak lupa kita ketika sudah tak
lama berjumpa, namun jika Anda menemukannya. Itulah yang dinamakan sahabat yang
hebat!
4. Walau bagaimanapun juga, sahabatmu adalah orang yang telah berjasa
membangunkanmu dari keterpurukan, menghiburmu saat senang maupun susah. Begitu
berartinya ia, dikala engkau tak bisa melihat wajahnya lagi.
5. Dalam sebuah pertemuan pasti ada perpisahan. Namun, perpisahan yang
sangat indah adalah ketika kita bergenggam tangan, dan berjanji, "Kita
untuk selamanya kawan, walaupun jarak menjauh, waktu memisahkan kita, namun
dirimu akan tetap terkenang dalam sanubariku".
6. Sahabat bagaikan roda yang terus berputar,
yang membuat lokomotif itu terus berjalan.
7. Teman itu seperti bintang Tak
selalu nampak Tapi selalu ada dihati, Sahabat akan selalu menghampiri ketika seluruh dunia menjauh
Karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata Saat tangan terluka, mata
menangis Saat mata menangis, tangan menghapusnya.
8. Meskipun bermil-mil jarak yang
memisahkan, Sahabat tidak pernah terpisah karena persahabatan tidak diukur
dengan jarak melainkan dengan hati.
9. Kawan sejati ialah orang yang
mencintaimu meskipun telah mengenalmu dengan sebenar-benarnya yaitu baik dan
burukmu.
10. Bila nafasku
lepas, semua langkahku hilang. Tapi bayangmu tetap kawan..
11. Sahabat itu
seperti bintang, dia memang tidak selalu terlihat. Tapi dia selalu ada untukmu.
12. Kau tahu seseorang adalah sahabat sejati ketika kau akan menangis, dia
mengatakan hal-hal yang paling konyol hanya untuk melihatmu tersenyum.
13. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan
apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
14. Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan,
tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.
15. Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari
perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
16. Setangkai bunga mawar bisa menjadi tamanku dan seorang sahabat bisa
menjadi duniaku.
17. Janganlah berjalan di belakangku, karena mungkin aku tak bisa memimpinmu.
Jangan pula berjalan di depanku, mungkin aku tak bisa mengikutimu. Berjalanlah
di sampingku dan jadilah sahabatku.
18. Aku tak
ingin hanya karena cinta, pertemanan kita usai.
19. Percayalah,
bukan pengkhianatan yang akan mengakhirkan kita, namun pertemanan abadi yang
akan menemani kita hingga akhir hayat.
20. Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari
kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita
memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari
orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang
dibutuhkan oleh sahabatnya.
21. Berjalanlah pada pintu dimana
kau memulai pertemanan, lalu ukirlah tentang jiwanya agar engkau bisa mengerti,
bahwa setiap manusia memiliki karakter berbeda namun menerimanya dengan ikhlas
adalah keanggunan yang tiada duanya.
22. Ingatkan Aku kawan, bahwa
akupun hanya insan biasa, namun dengan ikhlasnya engkau menolongku. Tiada yang
lebih baik lagi, kuyakin engkau adalah manusia yang paling baik dalam hidupku.
23. Diriku yakin, engkau bukanlah
kacang yang lupa akan kulitnya. Tetapi engkau ialah bagian dari dimensi api
yang tak lupa asapnya.
24. Tiada yang lebih indah daripada kasih seorang sahabat, sahabat menaruh
kasih di setiap waktu selalu ada dalam setiap kesukaran.
25. Berjalan
dengan seorang sahabat dikegelapan,lebih berarti daripada berjalan sendirian
ditempat yg terang banyak cahaya
26. Aku
mudah marah seperti squidward, kadang aku juga Egois seperti Tuan Krab, kadang
aku tolol seperti Patrick. Tapi aku akan selalu ada untukmu seperti Spongebob.
27. Dear
sahabat.. Aku tak tahu cara berterimakasih kepadamu, tapi aku sangatlah
beruntung mempunyai seorang sahabat sepertimu.
28. Persahabatan
tidak butuh sahabat yg bisa mendampingi dari awal, tapi ..sahabat yang bisa
mendampingi kita sampai akhir.
29. Lebih
baik memiliki 1 sahabat yang mengerti kita dari pada 1000 teman yang
mementingkan dirinya sendiri.
30. Sahabat
: kau tertawa, aku tertawa. Kau menangis, aku menangis. Kau jatuh, aku
tertawa... Lalu menjatuhkan diriku juga dan kita tertawa bersama.
31. Ketika
guru berkata "grup" aku pasti otomatis melihat sahabat baikku.
32. Senangnya
hati ketika bertemu kawan lama, walaupun sedikit kikuk dan bingung mau ngomong
apa.
33. Sahabat
selalu mencoba menghiburmu disaat kau sedih, walaupun dengan cara yang bodoh,
hanya untuk melihat kau tertawa.
34. Kapanpun
kau butuh sahabat, aku akan selalu ada untukmu! Menunggumu dari kejauhan!
Menunggumu kembali menjadi seperti dulu! Menjadi sepasang sahabat yang saling
memahami.
35. Bersama
orang lain aku mungkin malu-malu, tapi kalau sudah bersama sahabat, aku berubah
menjadi sangat gila!
36. Sahabat
ibarat mata dan tangan, saat mata menangis tangan mengusap. Saat tangan terluka
mata menangis.
37.
Karena ada satu ikatan yang tak mungkin putus, "Persahabatan".
38. Sahabat
yang baik adalah orang yang sangat kita percayai dan membuat kita tenang
bersamanya. Dia menjadi tempat berbagi kelelahan, berbagi kesedihan dan tidak
pernah menjual rahasia diri kita.
39. Yang namanya kekasih selalu
ada mantan, namun tidak akan pernah ada yang namanya mantan sahabat.
40. Bila nafasku lepas,
genggamlah tanganku wahai sahabat. Kita untuk selamanya dan kita saling percaya
dan . saling mengerti
41. Sahabat
adalah tempat untuk berbagi dalam segala hal. Mereka adalah sosok-sosok penting
yang menghiasi hari-hariku. Mereka selalu menerima bintik bintik kekuranganku
dan menghargai butiran-butiran kelebihanku.
42. Sahabat
sejati tak selalu menjadi Super Hero yang selalu datang di saat kita butuhkan..
Namun sahabat Sejati akan datang seperti Mata Hari yang akan selalu datang di
saat yang pas..
43. Sahabat
adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi. Dialah ladang hati. Yang kau taburi
dengan kasih. Dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih. Dan dia pulalah
naungan dan pendiamanmu. karena kau menghampirinya saat hati lupa. Dan
mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
44. Sahabat
...bukan tentang siapa yang telah lama kamu kenal... Tapi tentang siapa yang
menghampiri hidupmu dan tidak pernah meninggalkanmu dalam situasi & kondisi
seburuk apa pun..
45. Manusia
adalah Ciptaan Tuhan yang tak bisa selamanya hidup di dunia.. Segala harta,
kekayaan, dan kekuasaan juga suatu hari akan berakhir masanya.. Namun,
Perasaan, hati, dan rasa kesetiaan seorang sahabat takkan pernah sirna untuk
selamanya.. karena Walaupun disaat sahabat kita sudah tidak ada di dunia..
namun seorang sahabat sejati itu akan selalu ada di hati kita untuk
selama-lamanya..
============
Aku berdiri mematung di
kantin. Bergeming seraya fokus melihat dengan pandangan yang sangat jijik!.
Sosis merah dilumuri saus yang seolah–olah menggiurkan, bakso yang rasanya
begitu kenyal, keripik yang rasanya begitu gurih, mie yang terlihat sangat
lembut sekali, dan otak–otak yang tak ubahnya seperti makanan–makanan yang
rusak!!. Aku begitu phobia melihat makanan–makanan itu. Ya, Aku baru melihatnya
saja sudah seperti itu, apalagi memakannya, dijamin aku akan mual-mual beberapa
bulan!!!
Semua makanan rusak itu
begitu ku benci, karena gara–gara makanan itu sahabatku, ghita, meninggal
dunia!! Ghita, sahabat terbaikku (dan kupikir juga sahabat sejatiku), dia
terkena kanker otak yang disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung boraks,
formalin, dan entah bahan kimia apa yang terkandung di dalamnya. Dokter
mendiagnosis di dalam tubuhnya sudah ada 6 gram boraks yang mengendap sejak
bertahun–tahun (itu belum termasuk zat kimia lainnya seperti, pewarna dan
pengawet).
Sel kanker yang ada di
tubuh Ghita berkembang dengan begitu cepatnya. Daya tahan tubuhnya juga tak
kuat menahan serangan demi serangan yang diluncurkan oleh racun–racun itu.
Ditambah lagi Ghita tidak suka makan sayuran dan buah–buahan. Ironis memang,
tapi itulah kenyataannya. Dan, semenjak saat itu aku begitu membenci makanan
itu.
Tata, Meti teman
sekelasku, kelas 7.8 tepatnya, berlari kearahku. Rambut panjangnya yang digerai
bergoyang–goyang di terpa angin. Menurutku ia cukup manis dan cantik.
"Jajan, yuk. Aku punya uang jajan lebih nih. Hasil lomba pidato kemarin.
Aku ingin mentraktir kamu. Syukur–syukur bisa menghilangkan dukamu atas
kehilangan Ghita. Mau ya..???
Aku pun merasakan adanya
kejanggalan di perkataan-nya itu. Aku berpikir seperkian detik sebelum
menemukan jawaban yang cocok untuknya, "Maksudmu apa..?? Oh.. Kamu senang
Ghita meninggal?? Lalu, kamu merayakan kepergian Ghita dengan mentraktir aku,
begitu..?? Kamu jahat, Meti!!
Aku benar–benar tak
habis pikir dengan Meti. Ghita itu sahabat terbaik dan sejatiku, tidak boleh
ada yang memperlakukannya seperti itu. Sangat Menyebalkan!!
Kok, kamu bicaranya
seperti itu, sih??? Sekalipun aku tidak pernah bahagia dengan kepergian Ghita.
Itu tidak mungkin." Tukas Meti dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku
hanya tidak ingin melihatmu bersemedi dengan kesedihanmu itu. Aku ingin jadi
teman baikmu.
Kamu tidak akan bisa
menggantikan Ghita, Meti!!" dan emosiku semakin meluap, "Aku sangat
menyayangi Ghita, wajar kalau aku sangat sedih atas kepergiannya.
Tapi ini terlalu jauh,
Ta. Kamu menjadi sangat berbeda. Akhir–akhir ini kamu begitu emosian, suka
menyendiri, pembangkang, dan sangat tertutup. Kamu bukan Tata yang aku kenal
dulu.
Terserah!!! Sebelum aku
benar–benar pergi meninggalkan Meti, aku sempat melirik sosis yang dia lahap
begitu nikmatnya. "Racun!!" Ucapku dengan tegas dan dalam. Aku
melihat ekpresi wajah Meti mendadak sangat khawatir. Aku pun berlalu setelah
membuatnya depresi berat.
============
Sepulang sekolah aku
menunggu kereta di stasiun Kebayoran Lama, tepatnya di kawasan Jakarta Selatan.
Rumahku di Tanah Abang. Sementara aku bersekolah di SMPN... Jakarta, kecamatan Kebayoran baru. Otomatis
dengan begitu, aku harus menggunakan kereta untuk sampai ke rumahku.
Hueeekkk!!! Aroma khas
dari keringat para penumpang KA merasuki hidungku, dengan sangat semangat saat
aku masuk ke dalam kereta. Desak–desakkan penumpang membuat hatiku semakin
kesal. Para pedagang pun menambah kebisingan.
Ah.. izinkan aku untuk pingsan!!!
Kejengkelan hatiku
semakin merajalela saat aku mengingat kembali perkataan Meti tadi pagi
disekolah.
Tapi ini sudah terlalu
jauh, Ta. Kamu menjadi sangat berbeda. Akhir–akhir ini kamu begitu emosian,
suka menyendiri, pembangkang, dan sangat tertutup. Kamu bukan Tata yang aku
kenal.
Ussshhh!!! Memangnya dia
tahu apa tentang hidupku..?? Menyebalkan!! Luka hatiku saja belum sembuh benar
atas kehilangan Ghita. Aku sangat trauma!! Dia adalah sahabat sejatiku, selalu
bersamaku, kami berbagi suka dan duka. Meti itu tidak tahu apa–apa. Seharusnya
dia tak perlu ikut campur dengan urusanku!!
Memang benar, akhir–akhir
ini sifatku begitu berubah, aku akui itu. Jujur, hidupku sangat hampa. Tak ada
motivasi. Tak ada semangat. Bahkan aku tidak ingin berteman dengan siapapun.
Aku tidak mau menyayangi siapapun lagi. Sudah cukup aku kehilangan Ghita, tidak
lagi untuk yang kedua kalinya.
Jangan dekat dengan
siapapun, jangan menyayangi siapapun, dan jangan percaya pada sahabat sejati!!
karena sahabat sejati tidak pernah ada, dengan begitu kau tidak akan pernah
menangis akan kehilangannya. Itulah prinsipku saat ini. Aku berusaha untuk
membenci atau lebih tepatnya menjauhi siapapun saat ini. Egois dan bodoh
memang. Rasa trauma sudah mendarah daging dalam diri dan jiwaku. Aku seperti
kehilangan jati diri. Biarkan, Aku tidak peduli.
============
Aku bergegas turun dari
kereta di stasiun Tanah Abang. Setelah memastikan aku berdiri di tempat yang
aman, aku pun merapikan ikatan sepatuku agar tidak terinjak–injak. Lalu,
membenarkan letak tas punggungku.
Kebetulan, tepat di
sampingku ada penjual cermin, tentu saja aku berkaca sebentar dan terkejut
sebentar. Wajahku seperti kepiting goreng, direbus, diberi beberapa cabe,
digoreng lagi, lalu hangus!! Berlebihan memang, tapi hal itu cukup
menggambarkan bahwa karbon monoksida bus Metromini sanggup membuat wajahku
seperti ini. Rambutku yang sebahu aku ikat. Tak dapat dipungkiri, Jakarta memang kota
yang sangat panas!!
Setelah puas melihat
bentuk wajahku yang tak karuan, aku kembali berjalan. Namun, tiba–tiba saja
mataku terfokus pada satu titik. Aku melihat seorang gadis kecil yang sedang mengais–ngais
tong sampah yang ada di dekatnya. Lalu gadis itu berjalan ke gerbong tua yang
sudah tidak terpakai lagi. Ia duduk disana sambil memakan apa yang dia ambil
dari tong sampah tadi.
Makanan yang sudah
rusak. "Racun" Gumamku. Tadinya aku hendak berlalu begitu saja,
sayangnya getaran aneh di hati ini mencegahku. Getaran yang membuat hatiku
tergerak untuk memberikan bekalku yang tak kumakan disekolah, karena sudah
merasa mual melihat jajanan kantin yang menjijikan. Apa salahnya?? Toh, hanya
memberinya dua potong roti. Hal itu tidak akan mungkin membuatku dekat
dengannya. Gumamku lagi.
Aku pun mendekatinya
dengan tampang jijik. Tapi sejurus kemudian sirna saat melihat wajah mungil
itu. Ada
guratan ketegaran terpancar dari wajahnya. Ia kemudian tersenyum manis
kepadaku.
Ada yang bisa dede bantu, kak?? tanyanya sambil
membalikkan badannya ke arahku.
Namanya Dede, ya?? Hmmm,
tidak ada. Kakak cuma mau Dede menerima roti ini.
Gadis cilik ini menerima
roti pemberianku dengan sangat girang sekali. Rasanya ada kepuasan batin
tersendiri di hatiku. Kepuasan batin yang tak pernah ku raih semenjak hatiku
selalu tertutup awan hitam, legam, dan pekat.
Terima kasih ya kak.
Kakak baik sekali. Pasti Allah sayang sama kakak.
Emmm,, aku menggigit
bibir sembari berpikir agak keras.
Allah?? Sayang
denganku?? Benarkah???
Dede sendirian saja???
Iya kak. Kakak tidak
lihat?? Tidak ada orang lain bersama Dede selain kakak disini.
Bukan, Hmmm.. pintar
juga anak ini. Maksud kakak, dimana orang tua Dede??? Kok Dede sampai mencari
makan di tong sampah itu???
Gadis ini menunduk,
tampak jelas ekspresi sedih di wajahnya. Ia kemudian menggeleng.
Maaf, Tukasku merasa
sangat bersalah
Aku merasa ketidakadilan
disini. Mengapa Allah tega merenggut kedua orang tua gadis cilik ini. Dia butuh
kasih sayang. Oh, malangnya!! Dia juga bernasib sama denganku. Menjadi pemeran
utama dalam cerita kehilangan.
Allah memang tidak adil
ya De?? Ia selalu mengambil apa yang seharusnya kita miliki, Ujarku tak habis
pikir.
Astagfirullahalazim,,
katanya tegas. Kok kakak bicara lancang seperti itu??? Allah itu maha adil kak,
itu yang selalu ibu bilang saat sebelum kecelakaan itu menimpa keluarga Dede.
Bukan berarti Allah tidak adil hanya gara–gara mengambil seluruh anggota
keluarga Dede Ibu, Ayah, dan Bang Ilham. Justru Allah sangat sayang dengan
Dede, karena Allah mengajari Dede untuk hidup mandiri. Dengan begitu Dede akan
tegar menghadapi hidup yang keras. Dede bahagia kok, karena Dede tahu Ibu,
Ayah, Bang Ilham juga bahagia di surga sana.
Aku terkesiap dengan
mata setengah membelalak mendengarnya. Sungguh fenomena yang menabjubkan!! Anak
kecil yang umurnya kira–kira belum genap delapan tahun ini bisa berfilosofi
demikian!! Apa yang membuat dirinya begitu tegar???
Rasanya aku menjadi
sangat rendah dan hina sekali, jika dibandingkan dengan anak ini. Aku saja yang
kehilangan sahabat sejati dan terbaikku, Ghita, tidak dapat setegar ini.
Bahkan, aaahhh.. aku malu mengakuinya!! Aku memang sangat bodoh dan egois!! Haduh..
apa sih yang ada di dalam pikiranku saat ini???
Kakak boleh bertanya
satu hal?? kataku seraya menyembunyi gejolak yang ada di dalam hati ini.
Boleh saja kak. Kalau
Dede bisa jawab ya syukur, kalau tidak, ya.. jadi PR saja, deh. Hehehehe.. Anak
ini begitu ceria. Aku menangkap ketenangan batin yang ada di anak ini. Seperti
tidak ada beban sedikit pun yang menghimpitnya.
Kenapa Dede bisa setegar
ini?? pertanyanku terbata–bata.
Karena Dede punya
sahabat sejati kak!
Sahabat Sejati?? Itu
yang aku pungkiri selama ini. Bukankah sahabat sejati itu tidak pernah ada.
Tidak pernah ada yang abadi di dunia ini. Semua semu dan akan hilang. Tapi,
kenapa??? Kenapa anak ini begitu percaya kalau sahabat sejati memang
benar–benar ada..??
Benarkah??? intonasiku
diperlambat untuk menengaskan bahwa aku benar-benar tidak mengerti. Siapa
dia???
Itu.. gadis ini menunjuk
ke langit yang begitu cerah. Matanya sedikit menyipit menghindar dari sinar
matahari, Dia ada di atas sana!!
singgasana terbesarnya.
Di surga bersama Ayah, Ibu, dan Bang Ilham. Dia selalu ada untuk Dede. Menemani
hidup Dede. Membuat Dede sangat tegar. Tidak akan pernah meinggalkan Dede.
Jawabnya sangat mantap. Bahkan sangat mantap. Tidak ada keraguan sedikitpun di
matanya.
Maksudmu Allah??? aku
sedikit ragu.
Yupz!!!
Aku tertegun, Termenung,
Bergeming, Mematung. Hatiku bergejolak. Air mataku tumpah ruah. Sangat
derasnya!!!
Getaran cinta berdenyut
di nadiku. Frekuensi suara hatiku itu terdengar sangat jelas. Aku merasakannya!!
Merasakan sebuah perasaan yang sulit diutarakan oleh kata–kata. Hanya aku yang
pernah merasakannya, yang dapat mengartikannya.
Rasanya kasih sayang
Allah yang selama ini aku pungkiri merengkuhku. Aku tenggelam dalam haru.
Tasbih, tahmid, dan takbir menghiasi setiap benakku. Allah!! Allah sahabat yang
selama ini terselip, tersembunyi dibalik keangkuhanku. Astagfirullahazim..
Allah mengambil Ghita
dari sisiku sebagai pelajaran untukku agar aku bisa menyikapi makna sehat lebih
dalam lagi. Allah menyediakan banyak kasih di sekitarku untuk menghiburku tapi
aku membuangnya dengan prinsip konyolku itu. Dan Allah mempertemukanku dengan
gadis ini, untuk membuktikan bahwa ia masih ada untukku, sebagai sahabat. Ia
masih membuka hatinya meskipun aku mengacuhkannya. Ia masih memberikan
hidayahnya pada orang yang hina sepertiku. Astagfirullahalazim.
Kakak kenapa menangis???
Maafkan Dede kalau Dede menyakiti hati kakak. Ujarnya dari bibir mungilnya ini.
Tidak apa-apa de. Kakak
baik–baik saja, Bahkan lebih baik dari apapun yang membuat kakak merasa lebih
baik. Aku langsung memeluk gadis ini. Sangat erat sekali.
Kini aku yakin dan
sangat yakin bahwa sahabat sejati itu benar–benar ada. Meskipun ia hanya satu,
tapi ia tak akan tergantikan oleh apapun, bagaimanapun, dimanapun, dan
kapanpun.
Untuk Allah, Dede, dan
Ghita, terima kasih telah mengajariku arti sahabat sejati, sebuah persahabatan
yang abadi dan sesungguhnya dalam hidup ini.